Minggu, 29 Desember 2019

With Kadin We Make and Love Local Pride From Indonesian


Berbicara soal kebudayaan Indonesia memang tidak akan ada habisnya dari Sabang sampai Merauke. Setiap daerah memiliki kebudayaan dan ciri khas masing-masing. Baik dari segi kuliner hingga kerajinan tangan yang dibuat secara turun-temurun oleh leluhur terdahulu. Setiap makanan dan kerajinan khas tersebut terdapat nilai-nilai filosofi yang ditanamkan sebagai tanda pengenal atau cerita singkat tentang kehidupan masyarakat sang kreator. Keunikan kain tenun lurik yang merupakan ciri khas masyarakat Jawa misalnya.
Totebag dari bahan kain tenun lurik. (Doc. Pribadi)
 Di Pulau Jawa sendiri memang tidak banyak lagi tempat yang mempertahankan pembuatan kain tenun lurik dengan cara tradisional. Alasannya adalah adanya perkembangan zaman yang begitu pesat dan kurangnya keefektifan waktu. Pada era moderen seperti sekarang, kain yang bermotif garis-garis ini sudah banyak diproduksi dengan bantuan mesin. Khusus di Provinsi Jawa Tengah misalnya, hanya tersisa dua tempat yang masih bertahan untuk memproduksi kain tenun lurik dengan cara tradisional yaitu di daerah Pedan, Kabupaten Klaten dan satu tempat lagi yang letaknya berada di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
 Seperti tidak terpengaruh dengan perkembangan zaman, di kedua tempat ini memproduksi kain tenunnya mulai dari menggulung benang, membuat motif sampai menenun juga masih menggunakan alat tradisional seperti yang diajarkan nenek moyang terdahulu. Bukan tanpa tantangan, mereka yang masih bertahan dengan cara tradisional ini dihadapkan dengan lamanya pengerjaan dengan alat tradisional dibandingkan dengan bantuan mesin. Di Pedan sendiri kain lurik masih dijual dalam bentuk gulungan kain, belum dalam bentuk produk seperti tas atau dompet. Dari sinilah beberapa anak muda mencoba mengembangkan dan memperkenalkan kain lurik dalam bentuk lain seperti tas dan aksesoris lainnya.
Penenun yang sedang menenun dengan alat tenun bukan mesin (ATBM) di Pedan. (Doc. Pribadi)
 Dengan kreatifitas yang ada dikalangan anak muda millenial bukan tidak mungkin bahwa kain tenun lurik yang dibuat secara tradisional ini bisa menemukan masa kejayaannya kembali. Berkolaborasi dengan produk-produk kekinian yang diciptakan anak muda tentunya kain tenun ini bisa digunakan dalam keseharian dengan design masa kini. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produksifitas dalam negeri dengan produk yang diselipkan nilai-nilai budaya. Selain itu juga perlu wadah pasar lokal yang didukung oleh pemerintah untuk memperkenalkan  produk-produk yang telah berkolaborasi ini demi dikenal masyarakat dalam maupun luar negeri.

Sebagai penunjang agar produk lokal Indonesia bisa terkontribusi dengan baik di dalam hingga luar negeri, di Indonesia terdapat wadah komunikasi dan konsultasi antar pengusaha Indonesia bahkan dengan pemerintah terkait perdagangan, industri, dan jasa. Kamar dagang dan industri atau yang di kenal dengan KADIN ini adalah wadah yang dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya kewirausahaan dan wirausaha baru serta mengembangkan bisnis di lingkup nasional, regional, maupun internasional. Dengan adanya Kadin Indonesia diharapkan di setiap kegiatan pemerintahan bisa menyelipkan stand-stand penjualan produk-produk lokal. Selain itu juga akan lebih baik dengan mengadakan workshop dan pelatihan sebagai awal pembekalan untuk merangkul kawula muda dalam membuat sistem pengembangan dan penjualan produk yang dikemas dengan cara kekinian agar dapat menarik minat-minat anak muda lainnya untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Kadin.id
 Pemerintah juga sebaiknya lebih bekerjasama dengan masyarakat untuk kembali menggalakkan cintai produk lokal dan gunakan selalu produk lokal sebagai bentuk dukungan terhadap karya kreatifitas anak muda dalam negeri. Dengan rancangan yang matang dan sistematis bukan tidak mungkin kelak kedepannya Indonesia bisa lebih dikenal dengan produk-produk lokal hasil kreatifitas anak muda yang unggul dengan tidak melupakan nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia.



Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog #KADINBLOGCOMPETITON

Senin, 25 November 2019

Kekasih Virtual Alasan Lupa Bersosial


Apa yang selalu dibawa kemana-mana bahkan ke dalam toilet sekalipun saat ini? Sebuah benda yang sangat penting bagi kebanyakan orang saat ini. Apalagi yang memiliki mobilitas tinggi dan perlu selalu terhubung dengan orang-orang lainnya. Benda yang berpengaruh besar terhadap perkembangan teknologi sekarang.
            Gadget, handphone, atau smartphone yang sering diistilahkan dalam penyebutan. Dulu untuk mengetahui kabar sanak saudara yang berada jauh dari tempat tinggal, kita membutuh waktu yang cukup lama. Ya, lewat sepucuk surat. Dengan tulisan yang ada di dalam surat, orang yang membaca surat tersebut hanya bisa membayangkan sosok pengirim surat. Untung-untungan di dalam surat tersebut diselipkan foto sang pengirim.
            Perkembangan teknologi dimulai ketika muncul telepon rumah atau dulu yang membanjiri tanah air yaitu wartel (warung telepon) atau telepon umum dengan koin dikota-kota besar. Dengan telepon orang bisa langsung mendengar suara orang yang ada dibeda tempat. Lambat laun berkembang lagi menjadi telepon genggam yang praktis untuk dibawa kemana-mana. Sekarang dengan semakin pesatnya teknologi muncullah smartphone atau telepon gengam yang tidak hanya bisa mendengar suara orang yang berada di lain tempat tetapi bisa sekalian melihat ekspresi wajah dan apa saja kegiatan yang sedang dilakukan saat itu dan lain-lain lagi.
            Pesatnya perkembangan teknologi bukan tanpa dampak yang tidak signifikan. Memang tergantung pengguna dampak itu akan kelihatan. Mau positif atau negatif kembali lagi ke kita sebagai manusia yang memanfaatkan teknologi tersebut. Kebijakan  seseorang dalam menghadapi masalah ini sangat diperlukan sekali disini.
            Di zaman sekarang banyak orang dituntut untuk selalu update apa saja hal yang sedang tenar. Meniru apa saja yang sedang viral demi bisa ikutan viral. Ngeshare apa saja yang bersifat umum maupun pribadi demi menarik simpatik orang lain terlebih lagi follower atau pengikut di media sosial. Belum lagi bicara soal game yang meracuni anak-anak muda untuk terus dimainkan kapan saja dan dimana saja.
            Belum lagi soal isu-isu simpang siur yang berlalu lalang diberanda media sosial kita atau lebih sering dikenal dengan kata hoax. Di mana berita yang disampaikan masih belum jelas kebenarannya. Sering menelan mentah-mentah info apa saja yang didapat dan dilanjutkan memposting kembali info yang jelas tersebut tanpa mencari asal usul kebenarannya maka lahirlah kata hoax. Hoax tersebar sangat cepat dan mudah dibantu dengan media-media sosial yang gampang diakses dimana saja dan kapan saja.
            Semua fasilitas yang ditawarkan oleh ponsel pintar saat ini membuat kebanyakan orang lupa memperhatikan lingkungan sekitar. Mata sibuk melihat layar yang ada digenggaman dan jemari sibuk mengscroll postingan terbaru atau sibuk mempersiapkan apa yang hendak diposting hari ini untuk kepentingan feed dalam akun pribadi. Handphone sekarang bak kekasih berbentuk virtual  membuat orang yang sedang bersamanya beranggapan dunia hanya milik mereka berdua. Hanya smartphone yang bisa multitasking tapi tidak dengan orang yang menggunakannya.
            Menurut pengalaman pribadi dampak smartphone salah satunya mengurangi diskusi-diskusi publik yang biasa kita temui di tempat-tempat tongkrongan anak muda. Seringkali di meja-meja kopian anak muda sekarang hanya berisi kesibukan dengan dengan layar handphone masing-masing tanpa ada lagi berbagi cerita atau sekedar bersenda gurau dengan teman lama.

Selasa, 15 Oktober 2019

Kapal Bandong Tak Lekang di Telan Zaman




            Orang di Indonesia bahkan di dunia mungkin tidak asing ketika mendengar nama Provinsi Kalimantan Barat. Salah satu Provinsi di Pulau Kalimantan yang ibu kotanya dilintasi oleh garis Khatulistiwa atau garis Equator. Banyak juga yang sudah tidak asing dengan Tugu Khatulistiwa di Pontianak, Danau Sentarum di Kapuas Hulu, ikan arwana ataupun hal lain yang menjadi ciri khas Kalimantan Barat.
            Tapi tak banyak pula yang mengetahui soal kapal bandong yang akan kita ulas dalam tulisan ini. Mendengar kapal bandong mungkin banyak yang beranggapan keterkaitannya dengan kota Bandung di Jawa Barat. Tidak! ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan kota yang dijuluki kota kembang tersebut.
            Kapal bandong ialah kapal yang berbentuk menyerupai rumah masyarakat melayu yang ada di Kalimantan Barat. Kapal ini terbuat dari kayu dengan panjang kurang lebih 20 meter dan lebar 12 meter serta dilengkapi dengan mesin diesel sebagai tenaga pendorong. Ada juga yang memberi julukan sebagai rumah terapung. Didalam kapal juga persis berfungsi sebagai rumah semestinya. Terdapat sekat-sekat yang bisa dijadikan kamar, dapur dan gudang tempat menyimpan barang. Uniknya teras rumah biasanya dijadikan tempat juru mudi kapal tersebut.
Orang yang naik kapal bandong serasa sedang berada dirumah bahkan untuk kapal bandong yang sudah moderen sudah terpasang televisi atau tape untuk menghilangkan rasa bosan selama perjalanan. Kapal ini pernah berjaya pada tahun 1960an sampai 1970an yang menjadikan kapal ini primadona transpostasi disepanjang sungai kapuas.
 
            Di era tahun 1970-an kapal bandong ini menapaki puncak kejayaannya di sepanjang aliran sungai Kapuas. Manusia maupun barang, diangkut menggunakan kapal ini menyusuri sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Mulai dari Kota Pontianak hingga ke daerah-daerah pedalaman di Kabupaten Sanggau, hingga Kapuas Hulu karena pada saat itu adalah saat di zaman infrastruktur seperti jalan raya yang menghubungkan antar kota atau kabupaten di Kalimantan Barat masih jarang dan langka. Dengan kapal inilah sungai-sungai yang ada di Kalimantan Barat di arungi dengan gagah. Kapal bandong ini menjadi saksi sejarah perkembangan pesisir sungai di Kalimantan Barat.
            Semakin pesatnya perkembangan zaman sekarang kapal bandong jumlahnya sudah sangat berkurang secara signifikan karena pilihan transportasi yang terlalu banyak dan dapat menghemat waktu jika melewati jalan darat daripada jalur sungai. Di Pontianak masih dapat kita jumpai kapal bandong ini bersandar di pelabuhan kecil Kapuas Indah atau di pelabuhan Senghi walaupun keberadaannya bisa dihitung dengan jari.
            Selain itu juga di Kabupaten Sintang juga terdapat monumen kapal bandong yang dibangun untuk mengenang kembali jasa orang yang sudah membuat kapal bandong ini dimasa silam.

                                                                                               

With Kadin We Make and Love Local Pride From Indonesian

B erb icara soal kebudayaan Indonesia memang tidak akan ada habisnya dari Sabang sampai Merauke. Setiap daerah memiliki kebudayaan dan ...