Sabtu, 06 Oktober 2018

Paguyuban Ahli Pijat Malioboro


Siapa yang tidak kenal dengan tempat wisata belanja yang bernama Malioboro? 
Tentu masyarakat Indonesia khususnya yang senang akan travelling sangat mengetahui jalan Malioboro ini, tetapi siapa sangka di jalan yang penuh dengan keramaian hiruk pikuk kendaraan dan para turis domestik dan turis asing yang asyik berwara-wiri di pusat wisata belanja Yogyakarta ini, ada seorang pria senja yang duduk tersenyum di kursi plastik yang selalu dibawa kemana pun beliau pergi. Beliau duduk tersenyum kepada siapa saja yang dilihatnya dan terkadang tak segan ia menyapa orang-orang yang ada di sekitarnya.
doc. es
Dengan santai pria yang sudah tidak jelas penglihatannya ini duduk di pedestrian Malioboro. Sembari menunggu calon pasiennya, beliau bercengkerama dengan beberapa pedagang kasongan yang ada di dekatnya. Warto Utomo namanya, beliau merupakan salah satu anggota dari Paguyuban Ahli Pijat Malioboro. Paguyuban Ahli Pijat Malioboro ini adalah salah satu komunitas pijat yang ada di Jalan Malioboro. Paguyuban yang berdiri sejak awal tahun 2018 ini hanya beranggotakan 12 orang termasuk pak Warto Utomo ini. Diantara 12 orang anggota ahli pijat yang ada di paguyuban ini terdapat tiga orang wanita dan sisanya adalah anggota pijat laki-laki. Mereka beroperasi di jalan Malioboro sesuai dengan ketentuan dan kemampuan kinerja mereka masing-masing.
Khusus pak Warto sendiri, sebelum beliau ikut bergabung di Paguyuban Ahli Pijat Malioboro ini, ia sudah lama menggeluti profesi sebagai ahli pijat. “saya diajari kakek saya cara memijat, dan pada usia 20 tahun saya dibawa ke Jakarta oleh paman saya untuk mencari uang”, tutur pak Warto yang lahir pada tahun 1942 ini. Dengan senang hati beliau menceritakan kisah hidupnya yang bersahaja kepada penulis. Saat berada di Jakarta beliau bekerja dengan cara menjual air mineral sebagai pedagang kasongan diselingi dengan bekerja sebagai ahli pijat. Kemudian pada tahun 1982 pak Warto kembali ke Yogyakarta dan tetap menggeluti profesinya hingga saat ini.
Pak Warto Utomo bekerja sebagai ahli pijat urat yang setiap harinya beroperasi dengan dua jadwal, yaitu pada siang hari beliau akan menunggu calon pasiennya di pedestrian depan kantor DPRD Yogyakarta di jalan Malioboro, sedangkan pada malam hari beliau akan berada di pedestrian sebelah hotel Mutiara, tepatnya persis di depan gerobak lumpia Samijaya.
doc. es
Tentu penghasilan pak Warto tidak menentu setiap harinya karena pasien yang dipijat pak Warto tidak dikenai tarif alias membayar dengan sukarela. Beliau yang berasal dari Patuk, Kabupaten Gunung Kidul ini berkata “Penghasilan saya ga mesti, kadang kalau di jalanan ini ada yang kasi Rp.50.000 hingga Rp. 100.000, bahkan ada juga yang kasi Rp.25.000 hingga Rp. 30.000 saja”. Tidak menentukan tarif kepada pasien pijat adalah ketentuan yang berasal dari Paguyuban Ahli Pijat Malioboro ini. Aturan ini berlaku kepada semua anggota pijat yang aktif bekerja.
Wah, sungguh mulia ya pekerjaan dari para anggota Paguyuban Ahli Pijat Malioboro ini. Dengan ikhlas mereka bekerja menyembuhkan rasa sakit atau rasa lelah yang dihadapi pasien setelah penat berjalan mengelilingi wisata Maliboro dengan biaya sukarela. Jika anda termasuk turis yang mudah lelah saat berwisata di kota Yogyakarta khususnya di jalan Malioboro, sangat mudah untuk mencari anggota Paguyuban Ahli Pijat Malioboro ini. Mereka para anggotanya akan mengenakan pakaian berwarna biru dengan bertuliskan Paguyuban Ahli Pijat Malioboro di belakang kaosnya, kemudian lebih mudahnya lagi anda bisa dengan mudah mengenal mereka dengan melihat tanda pengenal yang digantung di leher dengan bertuliskan name tag jasa pijat.
doc. es
Khusus untuk anggota pijat ini juga mereka akan mengenakan kartu identitas yang menandakan bahwa mereka memang ahli dalam hal memijat. Sooo, jangan takut untuk mencoba jasa Paguyuban Ahli Pijat Maliboro ini, selain harganya terjangkau mereka juga sangat ramah terhadap para pengunjung. *dpm*   

#janganlihatremeh #janganpandangrendah #oranghebat #ceritainspiratif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

With Kadin We Make and Love Local Pride From Indonesian

B erb icara soal kebudayaan Indonesia memang tidak akan ada habisnya dari Sabang sampai Merauke. Setiap daerah memiliki kebudayaan dan ...