Senin, 01 April 2019

#Nostalgia : Es Jadoel Alun-Alun Kidul Jogja

Es Jadoel Mbah Tukiman
Akan ada sedikit drama di awal perkenalan dengan orang hebat kali ini. Dramanya adalah cerita tentang pertama kali saya dan calon suami saya bertemu dengan beliau secara tidak sengaja. Kala itu malam minggu. Yaa biasa lah layaknya kawula muda pacaran. Saya dan calon suami saya waste ours time dengan keliling jogja. Sampai akhirnya hujan mengguyur jogja malam itu. Gerimis. Ya hujan yang terbilang rintik-rintik itu termasuk air dari langit yang lumayan bisa membuat baju kami basah. No. jangan berfikir ngeres dulu ya.. dalam gerimis hujan itu kami tetap melaju berkeliling kota istimewa ini.
Ya begitu lah hobi saya dan calon suami saya. Tetap keliling kota walaupun tidak ada tujuan. Akhirnya sang calon suami saya mungkin lelah ya boncengin saya yang mulai kedinginan. Tepatnya kelaparan sih.. hehe.. doi pun bilang ke saya “kite ke Alkid jak ye” (dengan logat Kota Pontianaknya yang khas itu). Dan saya pun mengiya kan ajuannya.
Oh ya Alkid sebutan warga Jogja untuk sebuah alun-alun sebesar lapangan bola yang terletak di selatan keraton Jogja. Alkid merupakan tempat wisata yang ketika malam sangat ramai pengunjungnya karena ada banyak jajanan di sana dan yang membuat ciri khasnya adalah adanya Odong-Odong. (Next pankapan saya ceritain tentang Alkid ini yah… )
Biasanya di Alkid, saya dan calon suami saya ke tempat duduk favorit kami. Maklum lah saking lamanya tinggal di Jogja kami berdua sampe punya tempat duduk favorit. Spot di mana kami bisa melihat semua view yang ada di Alkid. Sebelum ke menuju tempat duduk favorit, kami sempat muter Alkid dua kali sampai akhirnya dengan dengan tidak sengaja (lagi), calon suami saya melihat ada mbah-mbah yang jualan menggunakan sepeda. Doi langsung bilang ke saya “Zi, itu kan bapak yang kita ketemu kemaren kan, coba lah liat”). Tanpa sengaja si doi melihat bapaknya. Saya akui juga neh doi selalu ingat dengan siapa saja  orang yang pernah kami temui dengan cara yang hebat juga.
Singkat cerita saya pun membenarkan bahwa yang di lihat calon suami saya itu adalah orang yang selalu kami cari selama ini. Wah, drama apa lagi ini ya….. hahaha
Jadi tuh begini, duh ceritain gak ya. Bakalan panjang neh kalau diceritain awal mula bertemu dengan mbah ini. Ehm, pokoknya singkat cerita saya pernah ketemu beliau sebelumnya tetapi saya tidak mengetahui apa yang di jual mbah ini.
Setelah bertemu lagi sekian lama akhirnya saya tahu namanya beliau adalah Mbah Tukiman. Malam pertama saya bertemu beliau sekitar pukul 23.00, dan barang dagangannya sudah hampir ludes saat itu. Saya hanya berbicara singkat dengan Mbah Tukiman, karena kondisi udara yang dingin dan mbah juga sepertinya sudah mau pulang ke rumah. Yang saya tau, rumah mbah Tukiman jauh dari kota Jogja.
Mbah Tukiman dan barang Dagangannya

Sempat saya dan calon suami saya membuntuti beliau bersepeda, tetapi malam itu kami kehilangan jejak. Esoknya saya masih ingin bertemu beliau tapi sayangnya tidak berjodoh. Saya tidak melihat mbah berjualan di Alkid. Hari kedua saya pun masih memantau beliau, hari ketiga dan hari seterus saya dan calon suami saya tidak berhasil menemukan beliau. Sampai kami punya pikiran masing-masing. Yaa, memang kala itu jogja hampir setiap hari diguyur hujan deras sampai calon suami saya befikir mungkin karena hujan mbahnya tidak jualan atau pindah lapak. Tetapi entah kenapa firasat saya mengatakan hal yang berbeda. Feeling saya bilang jangan-jangan mbah Tukiman sakit. Atau aaaaaaaaargh sudahlah. Sampai hari kedelapan yeaaaaaay, Finally seperti orang yang ketemu pacar setelah LDR lama rasanya. Malam itu sekitar pukul 19.00 saya iseng lagi dengan calon suami saya jalan-jalan ke Alkid. Dalam hati udah ada kepikiran mau ketemu mbah Tukiman lagi. Ternyata Mbah Tukiman ada di pinggir jalan sedang menjajakan barang dagangannya.
Tanpa berfikir lama saya dan calon suami saya segera menghampiri beliau. Aaaah, kangen sekali rasanya dengan beliau. Kali ini saya tidak akan melewati kesempatan bertemu dengan mbah Tukiman ini. Saya dan calon calon suami saya membeli dagangannya yang sangat enak ini. Tentu sambil memakan es jadoelnya ini saya berbincang ria dengan beliau. Sayangnya mbah Tukiman saat itu sedang sakit sehingga beliau tidak bisa berbicara dengan keras.

Mbah Tukiman dan Es Jadoelnya    
Jadi awal mulai kisahnya ini adalah kalau mbah Tukiman ini sudah mulai berjualan es jadoelnya sejak tahun 1965 di Pulau Sumatra. Kemudian beliau pindah ke Jogja dan berjualan hingga kini. Mbah tukiman ternyata tinggal di Daerah Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Tepatnya di Perumahan Notokenongo Asri ke arah selatan di RT 07 Dusun Gipangan, rumah beliau terletak tiga rumah dari perumahan itu.  
Jika kamu tahu Kasongan merupakan daerah yang lumayan sangat jauh untuk seorang mbah Tukiman yang berjualan menggunakan sepeda tuanya itu. Untuk berjualan di Alun-alun Kidul beliau akan berangkat dari rumah sekitar pukul 15.00 WIB dan mulai mengayuh sepedanya hingga Alkid sekitar pukul 17.30 WIB menjelang magrib. Dan beliau akan berjualan sampai dagangannya habis ya sekitar pukul 24.00 WIB, kemudian beliau baru akan pulang ke rumah lagi. Perjalanan menuju pulang ke rumah mbah Tukiman akan menyusuri jalan jogja, menyebrangi perempatan ringroad selatan dan melewati tiga kali jalan tanjakan untuk sampai ke rumahnya. Perjalanan yang menurut saya lumayan jauh untuk seorang pria yang berusia 79 tahun ini, dan hal itu ia lakukan setiap hari jika dalam keadaan kondisi tubuh yang sehat.
Sepeda Tua mbah Tukiman Yang Digunakannya Setiap Hari Untuk Berjualan

Sungguh salut saya dengan perjuangan mbah Tukiman yang di usia rentanya ini ia masih mampu berjualan jauh hingga dini hari. Beliau berjualan tanpa mengenal lelah. Walaupun baru sembuh dari sakitnya beliau tetap mengayuh sepedanya untuk mencari sesuap nasi. Di rumah beliau tinggal bersama sama istri dan anaknya. Untuk membuat Es jadoel ini mbah Tukiman bekerja sama dengan ibu RT yang ada di sekitar rumahnya. Tentu tujuannya mengajak ibu RT untuk membuat es jadoel ini adalah mbah Tukiman ingin melestarikan resep es jadoel ini kepada orang yang beliau percayai bisa dan mau untuk membuatnya agar tidak punah. Dengan keaslian resep yang mbah Tukiman miliki ia membuat es jadoel secara alami. Es jadoel mbah Tukiman ini termasuk murah. Cukup merogoh uang sekitar Rp. 2.500, kamu sudah bisa menikmati es jadoelnya yang benar-benar akan mengingatkan kita saat jajan sekolah dasar dahulu. Es jadoel yang mbah Tukiman jual ini juga terdiri dari beragam variasi. Mulai dari es rasa cokelat, kacang hijau, nanas, hingga strowbery ada.  
Mbah Tukiman akan berjualan setiap hari sesuai dengan kemampuan kesehatannya. Selain berjualan di malam hari di Alkid, mbah Tukiman juga berjualan di siang hari pada setiap hari minggu. Beliau berjualan di pasar Pasty zona tumbuhan hias. Kemudian menjelang sore baru beliau akan mengayuh sepedanya ke arah Alun-alun Kidul.
Nah, buat teman-teman yang sedang jalan-jalan ke Alun-alun Kidul Jogja, dan melihat mbah Tukiman. Jangan lupa dilariskan yah dagangannya. Siapa tau dengan membeli sepotong es Jadoelnya kita bisa membantu mbah Tukiman. Doakan selalu beliau untuk tetap sehat dan melestarikan kuliner unik ini ya teman-teman.. *dpm*
Peralatan yang Biasa Di bawa Mbah Tukiman Selama Jualan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

With Kadin We Make and Love Local Pride From Indonesian

B erb icara soal kebudayaan Indonesia memang tidak akan ada habisnya dari Sabang sampai Merauke. Setiap daerah memiliki kebudayaan dan ...