Apa yang akan kamu
lakukan jika kamu memiliki kondisi fisik yang tidak sempurna?.
Ya.. Tidak sempurna
yang artinya fisik kamu memiliki keterbatasan untuk melakukan aktivitas dengan
normal. Tentu akan mengalami beban lahir bathin, bukan?
Jika kamu terus mengeluh dengan kondisi yang diterima, maka
kehidupan akan menjadi beban yang semakin berat. Ingatlah bahwa masih banyak diantara
kita yang kondisinya lebih memprihatinkan. Dengan rasa tulus dan ikhlas serta
yakin akan takdir yang diberikan Tuhan-lah yang bisa membuat kita bangkit dari
rasa malas dan optimis untuk bekerja keras mendapatkan tujuan hidup.
![]() |
doc.es |
Muhammad Furqon, merupakan laki-laki kelahiran tahun 1991
yang tangguh dan patut diteladanin. Dengan kondisi yang kurang secara fisik
dalam penglihatan tak lantas membuat pria muda ini sering mengeluh ataupun
protes. Ia adalah penyandang tunanetra dari lahir yang berprofesi sebagai penjual
makanan kecil keliling. Ia berjalan kaki sepanjang jalan kota Yogyakarta untuk
menjajakan dagangannya. Box berukuran sedang berwarna kuning ia gunakan untuk
tempat kerupuk yang selalu ia panggul. Ia berjalan dengan bantuan tongkat saat
ia berkeliling menjual kerupuk yang ia jual.
Selain bekerja keras dengan berjualan keliling ada hal yang sangat mengagumkan dari sosok Furqon ini yakni ia juga berprofesi sebagai pengajar di SMK Muhammdiyah Kretek, Bantul.
Selain bekerja keras dengan berjualan keliling ada hal yang sangat mengagumkan dari sosok Furqon ini yakni ia juga berprofesi sebagai pengajar di SMK Muhammdiyah Kretek, Bantul.
”Saya
hari-harinya nemenin anak-anak belajar di SMK Muhamadiyah Kretek. Ngajar di
semua kelas mulai kelas X, XI,XII. Secara resminya, SK saya di Aqidah dan Fiqih
tetapi ketambahan jam dan mesti mengisi kekosongan guru yang belum ada jadi
saya mengisi mata pelajaran bahasa Arab. Meskipun bahasa arab saya baru baru
belajar”, tutur pria yang baru berusia 27 tahun ini.
Dulu sebelum Furqon mendapatkan pekerjaan menjadi pengajar, ia berjualan setiap hari dengan jalan kaki. Wilayah paling jauh berdagangnya Furqon ini adalah Jalan Kaliurang. Wilayah jelajahnya mulai dari daerah Maguwo, ia juga pernah mulai berjualan dari wilayah kampus UIN Jogja daerah Papringan sampai ke Kopma UGM (Universitas Gajah Mada) dengan melewati Masjid Kampus UGM, daerah Jalan Sagan ke Utara sampailah kakinya menjejaki Jalan Kaliurang, kemudian ia berputar arah lagi ke daerah Rumah Sakit dr.YAP Yogyakarta.
Sekarang sejak mengajar di sekolah,
waktu berjualannya Furqon jadi terbatas. ”Saya jualan setiap Senin sampai Kamis
masuk siang, jadi biasanya dari kost temen tempat saya numpang istirahat saya
sudah turun dari jam setengah 7 pagi jalan kaki ke halte jam 7 sudah sampai
sekolah. Tiap hari balik ngajarnya sore. Setelah ngajar saya shalat dulu,
nyuci, bada’ Magrib saya jalan lagi, ya berjalan kemana kaki melangkah saja”,
tambah pria yang murah senyum ini.
![]() |
doc.es |
Dengan
mendapatkan produk dagangan kerupuk dari temannya, setiap hari Furqon mengambil
30 bungkus yang ia jual sebesar Rp. 10.000 per bungkusnya. Ia berjalan
mengikuti rentak kakinya melangkah. Dengan mukjizat Allah, ia bisa menghafal
seluk-beluk jalan yang ia lewati setiap hari sehingga ia tidak tersasar. Kadang
kadang saat waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB, dagangan Furqon masih
tersisa 14 bungkus bahkan lebih. Mengetahui dagangannya masih banyak di box
kuningnya, ia tetap terus melangkahkan kakinya untuk berjualan tanpa mengenal
rasa lelah.
Furqon yang
berasal dari Demak ini sudah pindah ke Yogyakarta sejak tahun 1999. Selama di
Yogyakarta ia mengikuti yayasan YAKETUNIS. Yayasan ini merupakan lembaga social
yang membina teman-teman tunanetra mulai dr tingkat SLB hingga perguruan
tinggi. Nah dari YAKETUNIS lah, Furqon dapat menempuh pendidikannya mulai dari
pendidikan dasar di SLB tahun 2006 hingga ia lulus pendidikan perguruan tinggi
di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta pada tahun 2016.
Kecacatan fisik ternyata tidak menghalangi
seseorang untuk memiliki keutuhan. Malah sebaliknya, terkadang orang-orang yang
punya fisik utuh memiliki cacat mental, karena tidak kuat menghadapi badai yang
menerpa dikehidupan ini. Berbeda dengan Furqon ia memiliki keinginan yang
sangat mulia.
“Saya juga punya keinginan bagaimana untuk
mengajarkan kepada anak-anak dan adik adik saya di SMK untuk senantiasa
menghargai suatu pekerjaan bagaimanapun profesinya. Siapapun yang dihadapannya
mereka baik itu orang tua atau guru atau keluarganya, karena suatu profesi itu
bukan dilihat dari bentuknya tetapi dilihat dari manfaatnya serta semangat.
Untuk siapa kita berprofesi dan untuk apa kita berprofesi.”, jelasnya furqon
dengan seksama.
Walau memiliki keterbatasan, Ia tak mau mengiba
dan berharap belas kasih orang lain.
”Kita yang sebagai pedagang kasongan masih dianggap
remeh oleh masyarakat umum. Di masyarakat kami tunanetra ini memiliki stigma sebagai
peminta-minta. Dan saya beserta teman-teman saya punya visi-misi ingin menjauhkan
stigma tersebut dari masyarakat. Kami bisa survive dan bisa menyesuaikan
lingkungan sekitar, Meski usaha kami berbeda-beda, dan kami berusaha semampu
yang bisa kami dilakukan’’, kata pria muda ini dengan semangat.
Dengan kondisi dan pendapatan yang kecil
dari berjualan kerupuk tak lantas membuat Furqon putus asa untuk mencari nafkah.
Ia yakin bahwa kegigihannya akan membuahkan hasil. Di lain sisi, dengan rasa
ikhlas, Sang pencipta akan memberikan rezeki yang lebih baginya.
Bagi kita yang melihat usaha Furqon ini, kita tidak mengetahui apakah pekerjaan dengan berjualan keliling ini sebagai sumber penghasilan utamanya, dipaksa keadaan? Atau, mungkinkah Muhammad Furqon ini mencari tambahan dengan melakukan pekerjaan ini semacam hobi. Atau, adakah hal di luar dirinya memaksa demikian? Entahlah. hanya Furqon dan Tuhan saja yang mengetahuinya.
Bagi kita yang melihat usaha Furqon ini, kita tidak mengetahui apakah pekerjaan dengan berjualan keliling ini sebagai sumber penghasilan utamanya, dipaksa keadaan? Atau, mungkinkah Muhammad Furqon ini mencari tambahan dengan melakukan pekerjaan ini semacam hobi. Atau, adakah hal di luar dirinya memaksa demikian? Entahlah. hanya Furqon dan Tuhan saja yang mengetahuinya.
![]() |
doc.es |
Hidup adalah sebuah perjuangan. Mungkin moto inilah yang
menjadi pedoman mereka para penyandang difabel dalam menjalani hidup. Dan, mereka
pun telah menjadi tangguh dengan caranya masing-masing. Sebagai
manusia yang dianugerahi fisik sempurna, sepatutnya kita bersyukur bisa
menikmati indahnya dunia.
Apapun keadaannya, di manapun sedang berada, dan apapun tantangan yang sedang dihadapi dengan fisik dan mental yang utuh kita sanggup melaluinya dengan rasa syukur dan mendapat tuntunan dari Sang Illahi. Jadi, tidak perlu ragu untuk bercita-cita dan yakinlah dengan langkahmu. Ketangguhan menjalankan hidup Furqon bisa menjadi inspirasi kita. *dpm*