Balonku ada lima…
Rupa rupa
warnanya…
Hijau, kuning, kelabu..
Merah muda dan biru…
Meletus balon hijau..
Doorr..!!
Hatiku sangat kacau..
balonku tinggal empat…
Kupegang erat-erat…
![]() |
doc. es |
Seperti lirik lagu
anak-anak di atas, balon merupakan mainan anak kecil yang pernah jaya pada
masanya hingga saat zaman mileninal seperti tahun 2018 ini, gelembung udara ini
pun masih digunakan selain untuk penggembira hati anak kecil, juga sebagai
penyambung hidup khusus untuk Pak Giman, Sang Pejual Balon di Kota Perak Yogyakarta.
Pria paruh baya yang
berasal dari Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul ini sudah lama berjualan
balon. Sebelumnya pada tahun 1970 beliau berjualan mainan anak kecil seperti
terompet dan mainan anak lainnya hingga pada suatu titik beliau merubah profesinya
untuk berdagang balon udara saja mulai tahun 1980 hingga saat ini.
Saat sebelum merubah
pendirian untuk berjualan balon saja, Pak Giman mengumpulkan uang dengan
berjualan terompet dan mainan anak lainnya agar bisa membeli sebuah tabung gas
hydrogen. “dulu dagang tet tot tet tot karo mainan lain ne sampai uang dadi Rp.500.000, buat beli tangki”, tuturnya
terbata-bata sambil menjelaskan betapa bangganya ia bisa membeli tabung gas
hydogennya dengan jerih payahnya sendiri.
![]() |
doc. es |
Dengan keadaannya yang
lumpuh akibat penyakit polio yang dideritanya sejak sekolah dasar tingkat kelas tiga, Pak
Giman hanya bisa berjualan balon dengan berjalan kaki menggunakan tongkatnya di
sekitaran wilayah Kota Gede. Salutnya pria yang berusia 65 tahun ini memiliki
prinsip yang wajib ditiru oleh kawula muda saat ini yakni pantang untuk
meminta-minta kepada orang lain. “Saya ga ono punya pikiran buat ngemis, sing penting
usaha yang halal”, ujar pria yang bertubuh renta ini.
“kalau ono sing beli
berturut-turut bisa Rp. 10.000 sampai Rp. 20.000. Uang ne buat beli nasi kucing
karo es teh Rp.5.000. Sisa uang ne tak tabung”, ungkap pria yang hanya makan
sehari sekali ini. Pak Giman menceritakan bahwa terkadang dagangannya ada yang
beli banyak, hal itu terjadi saat ia menerima pesanan ulang tahun atau acara
sekolah. Tetapi tidak jarang jua ia bahkan tidak menjual satu balon pun dalam sehari. Menjual
balon yang per satuannya hanya dihargai sebesar Rp. 5.000, Pak Giman tetap
sabar menjalani hidup tanpa mengeluh.
![]() |
doc. es |
Sebenarnya sangat mudah
untuk menemui Pak Giman, di waktu pagi hari beliau akan menjajakan dagangannya di
lapangan Karang atau di Pasar Gedhe, Kota Gede. Kemudian menjelang sore hari
beliau akan pindah lapak di depan kantor
Pegadaian Basen atau tepatnya di depan Kampung Wisata Basen. Nah, jikalau ada
teman-teman yang sedang berwisata di Kota Perak, Yogyakarta sempatkanlah untuk
mampir sebentar ke lapak Pak Giman, Jangan lupa bantu lariskan dagangannya ya. Semoga
Pak Giman sehat selalu. *dpm*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar