Rabu, 10 Oktober 2018

From Balloon, Life Must Go On...!!!


Balonku ada lima… 
Rupa rupa warnanya…
Hijau, kuning, kelabu.. 
Merah muda dan biru…
Meletus balon hijau.. Doorr..!!
Hatiku sangat kacau.. balonku tinggal empat…
Kupegang erat-erat…


doc. es
Seperti lirik lagu anak-anak di atas, balon merupakan mainan anak kecil yang pernah jaya pada masanya hingga saat zaman mileninal seperti tahun 2018 ini, gelembung udara ini pun masih digunakan selain untuk penggembira hati anak kecil, juga sebagai penyambung hidup khusus untuk Pak Giman, Sang Pejual Balon di Kota Perak Yogyakarta.
Pria paruh baya yang berasal dari Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul ini sudah lama berjualan balon. Sebelumnya pada tahun 1970 beliau berjualan mainan anak kecil seperti terompet dan mainan anak lainnya hingga pada suatu titik beliau merubah profesinya untuk berdagang balon udara saja mulai tahun 1980 hingga saat ini.
Saat sebelum merubah pendirian untuk berjualan balon saja, Pak Giman mengumpulkan uang dengan berjualan terompet dan mainan anak lainnya agar bisa membeli sebuah tabung gas hydrogen. “dulu dagang tet tot tet tot karo mainan lain ne sampai uang dadi  Rp.500.000, buat beli tangki”, tuturnya terbata-bata sambil menjelaskan betapa bangganya ia bisa membeli tabung gas hydogennya dengan jerih payahnya sendiri. 
doc. es
 
Dengan keadaannya yang lumpuh akibat penyakit polio yang dideritanya sejak sekolah dasar tingkat kelas tiga, Pak Giman hanya bisa berjualan balon dengan berjalan kaki menggunakan tongkatnya di sekitaran wilayah Kota Gede. Salutnya pria yang berusia 65 tahun ini memiliki prinsip yang wajib ditiru oleh kawula muda saat ini yakni pantang untuk meminta-minta kepada orang lain. “Saya ga ono punya pikiran buat ngemis, sing penting usaha yang halal”, ujar pria yang bertubuh renta ini.
 “kalau ono sing beli berturut-turut bisa Rp. 10.000 sampai Rp. 20.000. Uang ne buat beli nasi kucing karo es teh Rp.5.000. Sisa uang ne tak tabung”, ungkap pria yang hanya makan sehari sekali ini. Pak Giman menceritakan bahwa terkadang dagangannya ada yang beli banyak, hal itu terjadi saat ia menerima pesanan ulang tahun atau acara sekolah. Tetapi tidak jarang jua ia bahkan tidak menjual satu balon pun dalam sehari. Menjual balon yang per satuannya hanya dihargai sebesar Rp. 5.000, Pak Giman tetap sabar menjalani hidup tanpa mengeluh. 
doc. es
Sebenarnya sangat mudah untuk menemui Pak Giman, di waktu pagi hari beliau akan menjajakan dagangannya di lapangan Karang atau di Pasar Gedhe, Kota Gede. Kemudian menjelang sore hari beliau akan pindah lapak di depan  kantor Pegadaian Basen atau tepatnya di depan Kampung Wisata Basen. Nah, jikalau ada teman-teman yang sedang berwisata di Kota Perak, Yogyakarta sempatkanlah untuk mampir sebentar ke lapak Pak Giman, Jangan lupa bantu lariskan dagangannya ya. Semoga Pak Giman sehat selalu. *dpm* 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

With Kadin We Make and Love Local Pride From Indonesian

B erb icara soal kebudayaan Indonesia memang tidak akan ada habisnya dari Sabang sampai Merauke. Setiap daerah memiliki kebudayaan dan ...